Berbahan sederhana namun bisa membius warga Surabaya.
Ketoprak mulai disukai sebagai makanan tradisional yang murah dan enak.
________________________
FRANSISKA WINOTO, Surabaya
Ketoprak mulai disukai sebagai makanan tradisional yang murah dan enak.
________________________
FRANSISKA WINOTO, Surabaya
_________________________
Ketoprak adalah salah satu jenis masakan khas Indonesia yang berasal dari Jawa Barat. Ketoprak sangat populer di daerah asalnya. Warga Jakarta juga sangat tidak asing dengan makanan berbahan baku ketupat ini. Selain ketupat, sayuran yang mejadi komponen utamanya adalah tauge. Sedangkan bahan pelengkap lainnya adalah tahu dan bihun. Ketoprak mempunyai ciri khas yang sangat terasa yaitu dilengkapi dengan saus kacang, kecap, dan taburan bawang merah goreng. Bau bumbu kacang bercampur bawang putih sangat kuat dan tidak dapat dipisahkan dari makanan ini. Rasa gurih dari kacang bercampur manis dari gula merah dan harum dari bawang putih menyebabkan makanan ini memiliki nilai tersendiri dibandingkan makanan tradisional lainnya.
Panas pagi itu tidak menghalangi warga Surabaya yang juga sudah terlanjur jatuh hati pada Ketoprak. Mereka dengan rela mengantri dan menunggu untuk mendapatkan makanan tradisional buatan orang Jawa Barat tersebut.

Walaupun tidak sepopuler di kota asalnya namun bagi orang yang mengantri pagi itu, ketoprak bisa dijadikan alternatif pilihan sarapan pagi. Ketoprak masih terbilang baru di Surabaya. Peredarannya masih belum merata. Masih banyak orang yang belum pernah mencoba makanan ini. Bahkan masih sedikit yang mengetahui keberadaan makanan yang sangat sederhana ini di Surabaya.
Tak kenal maka tak sayang, itulah ungkapan yang tepat bagi mereka yang belum
mencoba jajanan satu ini. Namun apabila sekali mencobanya dijamin akan ketagihan dan ingin mencobanya lagi. Menurut Pak Mochtar penjual ketoprak di daerah Surabaya Selatan ini, bumbu kacangnya sangat khas dan berbeda dengan bumbu kacang pada umumnya dapat membuat kita ketagihan.
Kacang yang telah digoreng dihaluskan secara manual tanpa bantuan mesin, lalu dicampur dan diulek langsung di piring yang sudah disediakan. “Harus diulek di piring loh mbak, itu ciri khasnya” ungkap bapak satu anak ini. Memang terasa aneh namun itulah rahasianya. Bumbu kacangnya terlebih dahulu dibuat dan diramu, tidak lupa diberi air untuk lebih mencairkan. Setelah siap tahu yang sudah digoreng setengah matang dipotong – potong di piring yang berisi dengan bumbu tersebut. Setelah itu lalu ditambahkan ketupat, tauge, dan bihun. Lontong ketupatnya juga sangat khas dan tidak sembarangan. Mereka harus dibungkus dengan daun janur kuning dan itulah rahasia kedua yang membuatnya semakin istimewa. Namun menurut Pak Mochtar mencari janur kuning di surabaya ini sangat sulit, akibatnya ia harus berusaha keras untuk tetap mencarinya ke mana – mana agar masakannya ini tetap terjaga nilai keasliannya. Setelah semuanya siap lalu campuran itu diberi kecap dan bawang goreng sebagai sentuhan akhir. Tidak lupa juga diberi kerupuk sebagai pelengkapnya.
Sambil sibuk membuat pesanan orang, Pak Mochtar juga tidak lupa menjelaskan tentang asal – usulnya. Awalnya pedagang asal Cirebon ini tidak sengaja terdampar di Surabaya. Krisis moneter yang berkepanjangan di Jakarta pada tahun 1998, menyebabkan Pak Mochtar beserta keluarganya hijrah ke Surabaya untuk mencari pekerjaan baru. Sesampainya di Surabaya, mantan kuli bangunan ini, mempunyai ide untuk berjualan ketoprak mengikuti jejak orang tuanya. Bermodal uang kurang lebih satu juta rupiah, ia mulai merintis usahanya dengan berjualan makanan tradisional Jawa Barat ini. Dulu pada awalnya ia berkeliling ke mana – mana untuk mencari pelanggan, namun sekarang pelangganlah yang mencarinya. Sekarang bertempat di pinggir jalan Raya Waru sebelum Terminal Bungurasih, Pak Mochtar memajang gerobaknya. Akibatnya orang – orang sudah tidak bingung mencari – cari lagi di mana makanan sederhana ini berada.
Ketoprak dipilih oleh Pak Mochtar karena ia merasa di Surabaya masih sedikit orang yang berjualan Ketoprak. Namun menurut keterangan pelanggan Pak Mochtar, sebenarnya penjual ketoprak di Surabaya selain kepunyaan Pak Mochtar, juga cukup banyak penjual Ketoprak lainnya, akan tetapi rasa yang dijual sangat berbeda. Ketoprak Pak Mochtar memiliki rasa bumbu yang ‘menggigit’. Saat ditanyakan tentang keunggulan Ketopraknya Pak Mochtar menyahut, “Mungkin tangannya yang beda, jadi rasanya juga beda”. Uniknya walaupun sudah 10 tahun berjualan Ketoprak, namun beliau beserta keluarganya sangat jarang makan Ketoprak buatannya sendiri. Kira – kira kalau dihitung, paling banyak hanya sekali dalam 1 bulan.
Ketoprak milik Pak Mochtar tersedia setiap hari dari jam 7 pagi sampai jam 11 siang saja. Hal ini disebabkan karena Ketoprak ini cepat habis diborong penggemarnya. Pada saat diwawancarai pun terlihat seorang Ibu tergesa – gesa mengambil pesanan Ketopraknya. Selidik punya selidik Ibu yang terlihat tergesa – gesa masuk ke mobilnya itu baru saja membeli 12 bungkus Ketoprak Pak Mochtar. Setiap harinya Pak Mochtar mampu menghasilkan uang kurang lebih Rp. 300.000,- dari hasil berjualannya. Apabila dihitung per piring mungkin sekitar 70 sampai 80 piring per harinya.
Cukup sukses memang usaha Ketoprak ini. Rasanya yang legit dan gurih memberikan kesan tersendiri bagi penikmatnya. Namun dibalik kesuksesannya itu Pak Mochtar memiliki keinginan yang mulia terhadap Ketoprak bikinannya. Ia ingin menjaga kelestarian Ketoprak bikinannya agar tetap terjaga keasliannya. “Kalau di Jakarta sudah dicampur dengan tempe dan kentang, namun aslinya ya kaya gini ini” . Semoga saja cita – cita mulianya untuk melestarikan makanan tradisional ini dapat terwujud. (she_sky)
Ketoprak adalah salah satu jenis masakan khas Indonesia yang berasal dari Jawa Barat. Ketoprak sangat populer di daerah asalnya. Warga Jakarta juga sangat tidak asing dengan makanan berbahan baku ketupat ini. Selain ketupat, sayuran yang mejadi komponen utamanya adalah tauge. Sedangkan bahan pelengkap lainnya adalah tahu dan bihun. Ketoprak mempunyai ciri khas yang sangat terasa yaitu dilengkapi dengan saus kacang, kecap, dan taburan bawang merah goreng. Bau bumbu kacang bercampur bawang putih sangat kuat dan tidak dapat dipisahkan dari makanan ini. Rasa gurih dari kacang bercampur manis dari gula merah dan harum dari bawang putih menyebabkan makanan ini memiliki nilai tersendiri dibandingkan makanan tradisional lainnya.
Panas pagi itu tidak menghalangi warga Surabaya yang juga sudah terlanjur jatuh hati pada Ketoprak. Mereka dengan rela mengantri dan menunggu untuk mendapatkan makanan tradisional buatan orang Jawa Barat tersebut.

Walaupun tidak sepopuler di kota asalnya namun bagi orang yang mengantri pagi itu, ketoprak bisa dijadikan alternatif pilihan sarapan pagi. Ketoprak masih terbilang baru di Surabaya. Peredarannya masih belum merata. Masih banyak orang yang belum pernah mencoba makanan ini. Bahkan masih sedikit yang mengetahui keberadaan makanan yang sangat sederhana ini di Surabaya.
Tak kenal maka tak sayang, itulah ungkapan yang tepat bagi mereka yang belum
mencoba jajanan satu ini. Namun apabila sekali mencobanya dijamin akan ketagihan dan ingin mencobanya lagi. Menurut Pak Mochtar penjual ketoprak di daerah Surabaya Selatan ini, bumbu kacangnya sangat khas dan berbeda dengan bumbu kacang pada umumnya dapat membuat kita ketagihan.
Kacang yang telah digoreng dihaluskan secara manual tanpa bantuan mesin, lalu dicampur dan diulek langsung di piring yang sudah disediakan. “Harus diulek di piring loh mbak, itu ciri khasnya” ungkap bapak satu anak ini. Memang terasa aneh namun itulah rahasianya. Bumbu kacangnya terlebih dahulu dibuat dan diramu, tidak lupa diberi air untuk lebih mencairkan. Setelah siap tahu yang sudah digoreng setengah matang dipotong – potong di piring yang berisi dengan bumbu tersebut. Setelah itu lalu ditambahkan ketupat, tauge, dan bihun. Lontong ketupatnya juga sangat khas dan tidak sembarangan. Mereka harus dibungkus dengan daun janur kuning dan itulah rahasia kedua yang membuatnya semakin istimewa. Namun menurut Pak Mochtar mencari janur kuning di surabaya ini sangat sulit, akibatnya ia harus berusaha keras untuk tetap mencarinya ke mana – mana agar masakannya ini tetap terjaga nilai keasliannya. Setelah semuanya siap lalu campuran itu diberi kecap dan bawang goreng sebagai sentuhan akhir. Tidak lupa juga diberi kerupuk sebagai pelengkapnya.
Sambil sibuk membuat pesanan orang, Pak Mochtar juga tidak lupa menjelaskan tentang asal – usulnya. Awalnya pedagang asal Cirebon ini tidak sengaja terdampar di Surabaya. Krisis moneter yang berkepanjangan di Jakarta pada tahun 1998, menyebabkan Pak Mochtar beserta keluarganya hijrah ke Surabaya untuk mencari pekerjaan baru. Sesampainya di Surabaya, mantan kuli bangunan ini, mempunyai ide untuk berjualan ketoprak mengikuti jejak orang tuanya. Bermodal uang kurang lebih satu juta rupiah, ia mulai merintis usahanya dengan berjualan makanan tradisional Jawa Barat ini. Dulu pada awalnya ia berkeliling ke mana – mana untuk mencari pelanggan, namun sekarang pelangganlah yang mencarinya. Sekarang bertempat di pinggir jalan Raya Waru sebelum Terminal Bungurasih, Pak Mochtar memajang gerobaknya. Akibatnya orang – orang sudah tidak bingung mencari – cari lagi di mana makanan sederhana ini berada.
Ketoprak dipilih oleh Pak Mochtar karena ia merasa di Surabaya masih sedikit orang yang berjualan Ketoprak. Namun menurut keterangan pelanggan Pak Mochtar, sebenarnya penjual ketoprak di Surabaya selain kepunyaan Pak Mochtar, juga cukup banyak penjual Ketoprak lainnya, akan tetapi rasa yang dijual sangat berbeda. Ketoprak Pak Mochtar memiliki rasa bumbu yang ‘menggigit’. Saat ditanyakan tentang keunggulan Ketopraknya Pak Mochtar menyahut, “Mungkin tangannya yang beda, jadi rasanya juga beda”. Uniknya walaupun sudah 10 tahun berjualan Ketoprak, namun beliau beserta keluarganya sangat jarang makan Ketoprak buatannya sendiri. Kira – kira kalau dihitung, paling banyak hanya sekali dalam 1 bulan.
Ketoprak milik Pak Mochtar tersedia setiap hari dari jam 7 pagi sampai jam 11 siang saja. Hal ini disebabkan karena Ketoprak ini cepat habis diborong penggemarnya. Pada saat diwawancarai pun terlihat seorang Ibu tergesa – gesa mengambil pesanan Ketopraknya. Selidik punya selidik Ibu yang terlihat tergesa – gesa masuk ke mobilnya itu baru saja membeli 12 bungkus Ketoprak Pak Mochtar. Setiap harinya Pak Mochtar mampu menghasilkan uang kurang lebih Rp. 300.000,- dari hasil berjualannya. Apabila dihitung per piring mungkin sekitar 70 sampai 80 piring per harinya.
Cukup sukses memang usaha Ketoprak ini. Rasanya yang legit dan gurih memberikan kesan tersendiri bagi penikmatnya. Namun dibalik kesuksesannya itu Pak Mochtar memiliki keinginan yang mulia terhadap Ketoprak bikinannya. Ia ingin menjaga kelestarian Ketoprak bikinannya agar tetap terjaga keasliannya. “Kalau di Jakarta sudah dicampur dengan tempe dan kentang, namun aslinya ya kaya gini ini” . Semoga saja cita – cita mulianya untuk melestarikan makanan tradisional ini dapat terwujud. (she_sky)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar